Senin, 22 Agustus 2011

Gaul mnurut Remaja Saat Ini


Gaul itu enggak harus dengan barang-barang yang lagi in. Gaul itu berprestasi, supel, punya banyak teman, dan punya segudang pengetahuan.
GIGI berbehel, menggenggam Blackberry bahkan melingkarkan gelang warna-warni ala sillybands, atau menggunakan kamera SLR yang selalu dikalungkan bak fotografer sepertinya tengah menjadi syarat gaul saat ini.
Semua gaya yang terlihat ‘sama’ dan ditampilkan remaja saat ini memang mengalir begitu saja. Tidak ada yang memeloporinya dan menyatakan barang-barang itu merupakan identitas seseorang.
Dengan menyoroti maknanya, kata gaul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berteman atau bersahabat. Barang-barang tersebut mungkin memiliki kedekatan dengan jiwa para remaja saat ini.
“Gaul itu mereka yang sering mengikuti tren dan life style zaman sekarang?, ungkap Zahra Ayu, siswi SMP Negeri 175 Jakarta .
Tidak ada kamus khusus yang mengidentifikasi arti dan kriteria menjadi anak gaul di zaman sekarang ini. Bahkan, saat ‘gaul’ melahirkan gaya hidup konsumtif, mereka tetap menggunakan barang-barang yang sedang tren karena beberapa faktor.
Entah itu kebutuhan atau memang sekadar ingin diakui teman sebayanya atau lingkungan sekitar. Ismiyana, siswi SMA Suluh Jakarta, mengakui sejumlah barang yang ia miliki merupakan faktor kebutuhan dan itu pun karena ia terbawa tren yang melanda lingkungannya. “Biar eksis juga!”, singkatnya.
Itulah tren, entah siapa yang memulai, pasti ada follower membuntutinya. Namun, psikolog Agatha Novi Ardhianti M Psi mengatakan, “Masa remaja adalah masa ketika seseorang sedang mencari jati diri. Jadi, wajar bila mereka menganggap kesamaan mereka merupakan sebuah identitas.” Psikolog itu menambahkan, karena keinginan kuat untuk memiliki barang-barang seperti itu, timbullah gaya hidup konsumtif. Itu juga melahirkan pemaksaan kehendak untuk memiliki barang-barang tersebut. Yang dikhawatirkan dari pemaksaan itu adalah sebuah tindakan melenceng yang dilakukan para remaja.
Segala cara akan dilakukan untuk mendapatkan itu semua. Kemungkinan untuk melakukan tindak kriminal atau menjual diri sangat besar, seperti kisah Furqon, seorang pengamen di Stasiun Bekasi. Pendidikannya di SMP berhenti karena ia nekat menipu teman-teman sekelasnya. “Gue pengen beli jaket distro, tapi mahal. Makanya gue nekat kaya gitu”, ujarnya.
Selain Furqon, ada Fani (nama samaran), siswi sekolah negeri di Pontianak. Ia mengaku dirinya berani BK (buka kamar), istilah untuk seorang siswi SMA yang melayani jasa prostitusi di kosan atau di rumahnya. “Gue pengen ponsel Qwerty, sedangkan bapak dan ibu enggak sanggup. So, itu jadi satu-satunya pilihan?, ungkapnya.
Alasan Furqon dan Fani ingin memiliki barang-barang tersebut disebabkan hal itu sedang tren dan mereka ingin diakui di lingkungan. “Secara, teman-teman gue terlihat keren pake produk distro. Ya, gue juga pengenlah kaya mereka,” lanjut Furqon. Sama halnya Fani, ia hanya ingin terlihat lebih necis di antara teman-temannya.
Berkaitan dengan free sex, Dra Paulina JS, MM, selaku Direktur Advokasi Komunikasi Informasi dan Edukasi dari BKKBN, menjelaskan kepada tim Move bahwa BKKBN tengah gencar menyosialisasikan program Genre (generasi berencana). Sosialisasi program itu sudah bisa dilihat di TV dengan iklan bermodelkan Sinta dan Jojo.
“Program ini ditujukan kepada mereka yang muda supaya lebih berpikir lagi saat ingin melakukan free sex. Kaum muda dituntut lebih memikirkan prospek mereka ke depannya. Seperti kapan mereka lulus? Setelah lulus mau kuliah atau kerja atau nikah? Kalau nikah, apa mereka sudah siap punya anak? Dan, kenyataan paling pahit, apakah mereka sanggup menerima kegagalan berumah tangga kelak?”, jelasnya.
Free sex dan tindak kriminal sudah menjamur di kalangan muda. Pergaulan normatif cenderung diabaikan muda-mudi sekarang. Pergaulan mereka memang harus diawasi. Orang tua dan guru di sekolah perlu turun tangan sebagai pengawas. Mereka tidak usah memilih-milih teman di lingkungan. Toh, nantinya akan terseleksi sendiri mana teman yang baik dan tidak untuk dirinya.
“Gaul itu enggak harus dengan barang-barang yang lagi in kok. Gaul itu berprestasi, supel, punya banyak teman, dan punya segudang pengetahuan, ujar Citra Anisaa, mahasiswi semester enam Pendidikan Matematika Universitas Prof Dr Hamka. “Kalau sudah begitu, kemungkinan melakukan free sex atau tindak kriminal kan dapat berkurang”, lanjutnya.
Cara bergaul yang asyik untuk zaman sekarang sangat mudah, menurut psikolog yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta itu. “Jangan hanya ikut-ikutan, lebih keren menjadi trendsetter daripada followers“, ungkapnya. Cari sebanyak-banyaknya informasi tentang apa pun itu, terlebih segala sesuatu yang sedang hit. Mbak Dos, demikian psikolog muda itu biasa dipanggil, memberi contoh, ketika ingin ikut-ikutan nonton Java Jazz, kenali terlebih dulu genre musik satu itu, atau gali semua hal yang harus kita ketahui.
Kita mesti mencari teman sebanyak-banyaknya karena suatu hari nanti kita pasti membutuhkan mereka. Kita tidak boleh bimbang jika belum menemukan sahabat yang dianggap benar-benar soulmate. Sebab, dengan sendirinya, seleksi alam itu pasti terjadi, yang paling cocok pasti akan lebih lama bersama kita.
Tindak kriminal dan free sex sudah membayangi pergaulan sekarang ini dan itu cenderung sulit dihilangkan. Karena itu, kita sebaiknya mencari kesibukan agar masa-masa puber yang alami ini tidak hanya dilewatkan untuk kepentingan nafsu semata.
Setidaknya, sebagai kaum yang berpikir, masih ada pilihan untuk kita. Gaul yang mana dulu yang kita pilih. Baik atau buruk ya? Selamat memilih dan hati-hatilah dalam memilih?